Arsjad Rasjid Bisa Akselerasi Target Transisi Energi Bila Jadi Cawapres Ganjar

Berita3 Dilihat

INDOPOS.CO.ID – Indonesia membutuhkan pemimpin yang punya pengalaman, berkomitmen, dan mampu mampu mengawal proses transisi energi yang sedang berjalan hingga mencapai hasil optimal. Sosok Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Ras keid dinilai pantas jadi salah satu pemimpin di Indonesia mendampingi Ganjar Pranowo, bakal calon presiden (bacapres) yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

“Dengan pengalaman dan komitmen di sektor swasta bersama PT Indika Energy Tbk, jika kelak Arsjad Rasjid menjadi salah satu pemimpin negeri ini, rasanya tidak sulit bagi beliau untuk menjadi motor perubahan di sektor tersebut untuk mencapai target transisi energi Indonesia,” kata Direktur Eksekutif Center for Energy Security Studies (CESS) Ali Ahmudi Achyak di Jakarta, Senin (18/9/2023).

Menurutnya, Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi efek Gas Rumah Kaca (GRK) dengan menurunkan emisi sebesar 29℅ bila secara mandiri dan sanggup sebesar 41 persen dengan bantuan internasional. Target tercapai Net Zero Emision (NZE) pada 2060.

“Itu semua bukan pekerjaan mudah, perlu ketegasan pemerintah yang didukung seluruh masyarakat dan semua sektor terkait, termasuk dunia industri,” ucapnya.

Perusahaan-perusahaan baik yang dikelola oleh BUMN maupun swasta harus terlibat aktif dan berkomitmen penuh terhadap target nasional, regional dan global terkait permasalahan lingkungan (khususnya perubahan iklim dan pemanasan global) yang dipicu oleh emisi GRK.

Karena itu, lanjut Ali, Indonesia membutuhkan pemimpin yang memahami tentang isu-isu lingkungan tersebut dan mampu menjadi motor perubahan, serta bisa mengawal sektor industri dan transportasi (BUMN/Badan Usaha Mili Negara/dan swasta) agar berkomitmen dan terlibat aktif dalam mencapai NZE.

“Dengan pengalaman cukup memadai, jika Arsjad Rasjid terpilih menjadi salah satu pemimpin negeri ke depan, insya Allah beliau memahami hal tersebut dan pastinya mampu menjadi penggerak tercapainya NZE sesuai target Indonesia kedepan,” ujarnya.

Baca Juga  Penjabat Gubernur DKI Kaji Jam Kerja di Jakarta dengan Fleksibilitas 90 Menit

Ali menjelaskan, sebagai bagian dari komunitas dunia, Indonesia merupakan negara besar (penduduk dan luas wilayah) tentu harus terlibat aktif dalam isu-isu transisi energi. Optimalisasi pemanfaatan EBT (Renewable Energy) dan transformasi moda transportasi dari kendaraan berbasis energi fossil (BBM) menjadi kendaraan berbasis listrik (Electric Vehicles) menjadi sangat penting dan mendesak.

Oleh karena itu, sambungnya, Indonesia membutuhkan pemimpin yang punya pengalaman, berkomitmen dan mampu mampu mengawal proses transisi energi yang sedang berjalan hingga mencapai hasil optimal.

“Dengan pengalaman dan komitmen di sektor swasta bersama Indika Energy, jika kelak Arsjad menjadi salah satu pemimpin negeri ini, rasanya tidak sulit bagi beliau untuk menjadi motor perubahan di sektor tersebut untuk mencapai target transisi energi Indonesia,” terang Ali.

Menurutnya, transisi energi merupakan isi global. Perubahan iklim dan pemanasan global merupakan masalah internasional. Demikian juga dengan pengurangan emisi (GRK) merupakan target seluruh dunia. Apalagi Indonesia telah berkomitmen menurunkan emisi sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri dan sanggup mencapai 41 persen jika berkolaborasi dengan dunia internasional.

Dengan demikian, optimalisasi pencapaian target ini tidak bisa sendirian. Di dalam negeri, lanjut Ali, semua pihak harus aktif terlibat. Pun secara internasional, harus ada kerja sama yang adil antara negara industri maju sebagai penyumbang emisi terbesar dengan negara berkembang. Skema “carbon credit” dan “interregional carbon trading” menjadi salah satu skema untuk mewujudkan itu.

Intinya negara maju harus bertanggungjawab dan berkomitmen untuk menurunkan emisi dan memberikan kompensasi kepada negara berkembang. Dalam konteks ini, Indonesia memiliki peran penting sebagai salah satu pemimpin ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) dan anggota G20 (Group of Twenty atau kelompok 20 negara di dunia), serta dekat dengan negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan South Africa). Oleh karena itu kita butuh pemimpin yang memahami isu tersebut dan mampu merealisasikannya.

Baca Juga  Ratusan Warga Jakbar Rela Antre untuk Beli Paket Sembako Seharga Rp20 Ribu

“Pengalaman sebagai pengusaha, Ketua Umum Kadin dan lainnya, tentu membuat Arsjad memiliki kapasitas untuk mengawal isu ini. Rasanya kedepan jika beliau menjadi salah satu pemimpin negeri ini, akan lebih mudah bagi Indonesia untuk terus bergerak mewujudkan trandisi energi,” tegas Ali.

Dia menjelaskan, Indonesia harus berjuang keras memperjuangkan kepentingan nasional, termasuk berani bernegosiasi dengan negara lain. Salah satu yang perlu diperjuangkan adalah mendesak negara-negara besar dan maju (Amerika Serikat, China, dab lain-lain) agar lebih adil dalam pemberian subsidi hijau bagi mineral untuk kendaraan listrik (EV). Negara ini perlu pemimpin yang menguasai masalah dan pandai bernegosiasi dengan negara lain dalam prinsip keadilan dan kesetaraan.

Orang seperti Arsjad, tambahnya, cukup piawai jika suatu saat akan menjadi salah satu pemimpin di negeri ini, Arsjad akan mampu mejalankannya dengan baik.

“Arsjad dengan segenap potensi, pengalaman dan jaringan yang dimilikinya, merupakan aset bangsa yang berharga. Jika suatu saat beliau berkesempatan menjadi salah satu pemimpin di negeri ini, semua semua yang dimilikinya akan digunakan secara optimal untuk membangun bangsa yang maju dan mandiri,” tutupnya. (ibs)

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *